BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 06 Juli 2012

BIOINFORMATIKA


Bioinformatika merupakan suatu bidang yang melibatkan berbagai metode analisa, sehingga dalam melakukan penelitian di bidang ini, kuantitas dan kualitas data menjadi aspek penting. Berkaitan dengan arus data yang deras mengalir ini, akan menarik untuk mencermati perbandingan perkembangan pesat semikonduktor dan genetika. Di bidang komputer, dikenal Moore’s law yang memprediksi bahwa setiap 18 bulan, jumlah transistor per satuan area pada IC, selalu berlipat dua. Dengan kata lain, kemampuan komputer akan berlipat jadi dua kali setiap 18 bulan. Pengamatan Gordon Moore ini dikeluarkan tahun 1965, dan secara ajaib selalu terbukti berlaku, setidaknya selama dua dekade ini. Hal ini menjadi motivasi dan misi Intel Corporation untuk selalu memenuhi tuntutan dari ramalan Moore.

Analog dengan Moore’s law, di dunia biologi, dikenal juga ramalan menarik dari Prof. R. Dawkins (Oxford University), yang mencoba menarik korelasi antara jumlah nucleotide-base yang bisa dibaca dengan dana 1000, terhadap waktu. Pada tahun 1965, diperlukan 1 untuk membaca 1 huruf pada RNA bakteri. Tahun 1975, 10 untuk satu huruf pada virus code. Pada 1985, membaca 1 huruf pada nematode memerlukan 1, dan pada tahun 2000 diperlukan 0.10 untuk membaca 1 huruf pada human genome project. Kalau ramalan ini benar, maka pada tahun 2012 diprediksi dengan 1000 dapat dianalisa E.coli yang terdiri dari 200 ribu bases. Sedangkan pada tahun 2050, diperlukan 1000 untuk membaca seluruh nucleotide base pairs manusia. Prediksi ini dikenal sebagai “Son of Moore’s law for genetics”, menggambarkan perkembangan yang pesat di dunia genetika.

Berangkat dari ketersediaan data genome dalam jumlah besar ini, terminologi biological-datamining menjadi sangat populer. Datamining didefinisikan sebagai proses otomatis mengekstrak suatu informasi dari sekumpulan data yang berjumlah besar. Salah satu aplikasi dari penerapan datamining di bioinformatika ini adalah pengembangan industri farmasi dan kedokteran. Informasi yang diekstrak ini dapat dimanfaatkan dalam industri medis, misalnya menekan resiko timbulnya efek samping dari terapi kanker.
 
Kegunaan Bioinformatika
a)      Bioteknologi Dalam Bidang Klinis
Bioinformatika dalam bidang klinis sering disebut sebagai informatika klinis(clinical informatics). Aplikasi dari informatika klinis ini berbentuk manajemen data-dataklinis dari pasien melalui Electrical Medical Record (EMR) yang dikembangkan olehClement J. McDonald dari Indiana University School of Medicine pada tahun 1972.McDonald pertama kali mengaplikasikan EMR pada 33 orang pasien penyakit gula(diabetes). Sekarang EMR ini telah diaplikasikan pada berbagai penyakit. Data yang disimpan meliputi data analisa diagnosa laboratorium, hasil konsultasi dan saran, fotorontgen, ukuran detak jantung, dan lain lain.
b)     Untuk Identifikasi Agent Penyakit Baru
Bioinformatika juga menyediakan tool yang sangat penting untuk identifikasi agent penyakit yang belum dikenal penyebabnya. Banyak sekali penyakit baru yang muncul dalam dekade ini, dan diantaranya yang masih hangat adalah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Pada awalnya, penyakit ini diperkirakan disebabkan oleh virus influenza karenagejalanya mirip dengan gejala pengidap influenza. Akan tetapi ternyata dugaan ini salahkarena virus influenza tidak terisolasi dari pasien. Perkirakan lain penyakit ini disebabkanoleh bakteriCand ida karena bakteri ini terisolasi dari beberapa pasien. Tapi perkiraan inijuga salah. Akhirnya ditemukan bahwa dari sebagian besar pasien SARS terisolasi virus Corona jika dilihat dari morfologinya. Sekuen genom virus ini kemudian dibaca dan dari hasil analisa dikonfirmasikan bahwa penyebab SARS adalah virusCo rona yang telah berubah (mutasi) dari virusCorona yang ada selama ini.
c)      Untuk Mendiagnosa Penyakit Baru
Untuk menangani penyakit baru diperlukan diagnosa yang akurat sehingga dapat dibedakan dengan penyakit lain. Diagnosa yang akurat ini sangat diperlukan untuk pemberian obat dan perawatan yang tepat bagi pasien. Ada beberapa cara untuk mendiagnosa suatu penyakit, antara lain: isolasi agent penyebab penyakit tersebut dan analisa morfologinya, deteksi antibodi yang dihasilkan dari infeksi dengan teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dan deteksi gendari agent pembawa penyakit tersebut dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). 
d)     Bagaimana Penemuan Obat-obatan
Cara untuk menemukan obat biasanya dilakukan dengan menemukan zat/senyawayang dapat menekan perkembangbiakan suatu agent penyebab penyakit. Karena perkembangbiakan agent tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, maka faktor-fakto rinilah yang dijadikan target. Diantaranya adalah enzim-enzim yang diperlukan untuk perkembangbiakan suatu agent. Mula-mula yang harus dilakukan adalah analisa struktur dan fungsi enzim-enzim tersebut. Kemudian mencari atau mensintesa zat/senyawa yangdapat menekan fungsi dari enzim-enzim tersebut. Meskipun dengan Bioinformatika ini dapat diperkirakan senyawa yang berinteraksi dan menekan fungsi suatu enzim, namun hasilnya harus dikonfirmasi dahulu melalui eksperimen di laboratorium. Akan tetapi dengan Bioinformatika, semua proses ini bisa dilakukan lebih cepat sehingga lebih efisien baik dari segi waktu maupun finansial. Tahun 1997, Ian Wilmut dari Roslin Institute dan PPL Therapeutics Ltd,Edinburgh, Skotlandia, berhasil mengklon gen manusia yang menghasilkan faktor IX (faktor pembekuan darah), dan memasukkan ke kromosom biri-biri. Diharapkan biri-biri yang selnya mengandung gen manusia faktor IX akan menghasilkan susu yang mengandung faktor pembekuan darah. Jika berhasil diproduksi dalam jumlah banyakmaka faktor IX yang diisolasi dari susu harganya bisa lebih murah untuk membantu parapenderita hemofilia.

e)      Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian
Bioteknologi telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, antara lain yaitu:

  • Pupuk Hayati (biofertiliser) yaitu suatu bahan yang berasal dari jasad hidup, khususnya mikrobia yang digunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
  • Kultur in vitro, yaitu pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang ditumbuhkan pada media bernutrisi dalam kondisi aseptik.
  • Kultur in vitro memungkinkan perbanyakan tanaman secara massal dalam waktu yang singkat.
  • Teknologi DNA Rekombinaan, pengembangan tanaman transgenik, misalnya galur tanaman transgenik yang membawa gen cry dari Bacillus thuringiensis untuk pengendalian hama.


SUMBER :